MAKAM BELANDA (Kerkhof) di Kota Pangkalpinang


Pendahuluan
Pulau Bangka kedatangan bangsa Eropa di mulai pada masa VOC sekitar abad 17 Masehi. Selanjutnya dengan ditemukannya kandungan timah pada tahun 1710 menjadi awal eksplorasi timah di Bangka. Berkembangnya pertambangan timah di Bangka memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Kebutuhan tenaga kerja telah mendorong didatangkannya tenaga-tenaga dari Cina sebagai pekerja tambang. Tahun 1755 sebagai awal kedatangan pekerja Cina ke Bangka. Kekuasaan Belanda atas Bangka sempat terhenti tahun 1812-1816 ketika Inggris dapat mengalahkan Perancis dimana pada waktu itu Belanda dikuasai oleh Perancis. Namun berdasarkan perjanjian London (The Treaty of London) yang terjadi pada tahun 1814, maka daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda, termasuk Bangka dikembalikan lagi kepada Belanda. Pengaruh Eropa yang dibawa oleh Inggris dan Belanda masih dapat dilihat sampai sekarang yang berupa bangunan-bangunan kolonial.

Masa penguasaan Belanda di Bangka yang berlangsung lama telah meninggalkan bukti-bukti antara lain makam. Tempat pemakaman mereka yang disebut Kerkhof (artinya kuburan dalam Bahasa Belanda) dapat dijumpai di Kota Pangkalpinang, Sungailiat, Belitung, dan Mentok. Nasib kerkhof-kerkhof tersebut kondisinya cukup memprihatinkan dan terancam untuk digusur. Nasib tragis telah dialami oleh kerkhof di Mentok yang hanya menyisakan tugu dan telah menjadi sebuah lorong yang bernama Lorong Kerkhof.

Kerkhof di Kota Pangkalpinang sendiri telah mendapat perhatian, terlihat dari beberapa kegiatan yang pernah dilakukan oleh BP3 Jambi (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi) dan Balar Palembang (Balai Arkeologi Palembang). Pada tahun 1996 dilakukan Pendokumentasian dan Survei Situs dan Benda Cagar Budaya di Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang. Berdasarkan survei diketahui bahwa telah banyak makam-makam yang rusak oleh tangan-tangan jahil, antara lain hilang dan pecahnya nisan-nisan yang terbuat dari marmer dan vandalisme yang berupa coretan-coretan dengan menggunakan cat semprot. Selain itu dari informasi juga diketahui bahwa beberapa makam telah dipindahkan oleh keluarganya ke tempat lain. Diperkirakan makam-makam tersebut berasal dari tahun 1902 sampai dengan tahun 1950-an.

Pada tahun 1998 dilakukan Pemotretan Situs dan Benda Cagar Budaya di Kecamatan Mentok dan Kotamadya Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun yang sama Balar Palembang melakukan Survei Tinggalan Arkeologi Kolonial di Pulau Bangka. Pada tahun 2003 dilakukan kegiatan Inventarisasi Benda Cagar Budaya di Kabupaten Belitung dan Pemantauan Pemeliharaan di Provinsi Bangka-Belitung. Pelestarian Kerkhof juga dilakukan dengan pemagaran dan penempatan juru pelihara. Namun dari semua kegiatan yang telah dilaksanakan itu belum ditindaklanjuti dengan kegiatan fisik seperti perbaikan makam dan penataan lingkungan pemakaman. Hal itu disebabkan belum adanya data yang lengkap. Selanjutnya untuk kelengkapan data tersebut dilakukanlah kegiatan Pemetaan, Penggambaran, dan Inventarisasi Makam Belanda (Kerkhof) di Kota Pangkalpinang.

Letak dan Lingkungan
Makam Belanda atau penduduk menyebutnya Kerkof atau Pendem Belanda secara administratif terletak di Jalan Hormen Maddati yang dahulunya bernama Jalan Sekolah, termasuk Kelurahan Melintang, Kecamatan Rangkui, Kota Pangkalpinang. Lokasi tepatnya berada di persimpangan Jalan Solihin GP dan Jalan Hormen Maddati. Secara astronomis terletak pada 02o07’971” Lintang Selatan dan 106o06’475” Bujur Timur.

Keletakan makam cukup jauh dari pusat kota atau sekitar rumah residen yang merupakan pemukiman Belanda pada masa itu. Dahulunya makam Belanda berlokasi di daerah pinggiran dan menempati tanah yang cukup luas. Namun selanjutnya terjadi pengurangan luasnya yang disebabkan pemukiman. Pemukiman itu juga menyebabkan dibongkarnya sejumlah makam. Hasil pemetaan terhadap tanah yang masih tersisa adalah 2.117,88 m2. Lingkungan makam dan sekitarnya telah dibatasi dengan pagar tembok yang dibangun pada tahun 1997. Bentuk pagar dibuat sederhana karena dimaksudkan hanya untuk pengamanan dari lingkungan sekitarnya.

Makam ini sekarang terletak di pemukiman yang yang cukup padat. Pada sisi timur dan selatan berbatasan dengan perumahan penduduk. Penduduk sekitarnya tampak kurang menjaga kebersihan, yaitu dengan membuang sampah ke dalam pemakaman. Selain itu di sisi utara menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima dan bengkel motor. Bahkan bengkel tersebut membuat bangunan yang masuk ke dalam pemakaman. Hal-hal itu menyebabkan kotornya lingkungan pemakaman karena pembuangan sampah yang sembarangan.

Makam Belanda

Makam Belanda merupakan satu dari sekian banyak bukti sejarah yang terdapat di Kota Pangkalpinang. Keberadaan makam ini erat kaitannya dengan kehidupan orang-orang asing yang pernah hidup dan tinggal di masa sebelum Kemerdekaan. Pada tahun 1813 ketika Inggris berkuasa di Bangka, Inggris (East India Company) menjadikan Pangkalpinang salah satu distrik dari tujuh distrik eksplorasi timah selain Jebus, Klabat, Sungailiat, Merawang, Toboali, dan Belinyu. Sejak itu Pangkalpinang mulai terkenal sebagai Kota Timah dan kota kecil pusat kegiatan perdagangan dan jasa di Pulau Bangka. Pada masa kemudian, Belanda menjadikan Pangkalpinang sebagai basis kekuatan militer untuk menumpas perlawanan Rakyat Bangka. Berikutnya Belanda menjadikannya sebagai ibukota Karesidenan Bangka pada Tahun 1913.

Makam Belanda telah menjadi objek wisata sejarah dan budaya Kota Pangkalpinang. Hal itu menjadi modal untuk dimulainya pembenahannya yang selama ini kurang terawat. Kondisi makam cukup kotor dengan sampah-sampah yang dibuang oleh penduduk sekitarnya. Banyaknya pohon yang tumbuh juga menyebabkan banyak ranting atau daun yang berjatuhan. Bahkan terdapat beberapa pohon yang menyebabkan kerusakan pada makam. Kerusakan yang parah terjadi pada makam no. 79. Semak-semaknya juga tumbuh dengan cukup subur. Pembersihan kompleks makam yang dilakukan oleh juru pelihara tampaknya kurang maksimal. Lingkungan yang kotor juga pada bagian luar makam di sekitar pagar keliling. Disana terdapat juga sampah dan tanaman liar.

Makam yang berhasil didata berjumlah 102 makam. Makam-makam mempunyai bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Bentuk makam umumnya berbentuk persegi panjang dan terdiri dari beberapa susunan (undakan). Empat makam diantaranya mempunyai cungkup, yaitu makam no. 36, 44, 47, dan 61. Makam 47 merupakan makam yang cungkupnya paling bagus. Tiga cungkup lainnya mempunyai bentuk yang sama. Bentuk dasar nisan-nisan terdiri dari bentuk segi empat, segi lima dan segi enam. Variasinya berupa bulatan dibagian atas. Orientasi makam mengarah timur laut - barat daya. Arah hadap makam yang berbahasa Belanda dan Bahasa Indonesia menghadap timur laut. Sedangkan makam yang berbahasa Jepang umumnya sebaliknya.

Makam-makam sebagian besar telah mengalami kerusakan. Makam yang masih dalam kondisi baik berjumlah 21 buah (20 %). Makam yang dikategorikan mengalami kerusakan ringan berjumlah 50 buah (49 %) dan kerusakan parah berjumlah 28 buah atau 27 %. Makam yang telah dibongkar berjumlah 2 buah. Pembongkaran makam dilakukan pada bulan Oktober 2004. Selain itu terdapat satu buah prasasti yang tidak diketahui asal lokasinya.

Beberapa makam masih terdapat prasasti yang menyebutkan nama yang dimakamkan, tanggal lahir, tanggal meninggal, dan kalimat-kalimat tertentu. Pada umumnya makam telah hilang pada bagian prasastinya. Makam yang masih mempunyai prasasti berjumlah 30 buah (29 %). Prasasti dituliskan pada marmer, batu andesit, dan dinding. Sistem penulisannya berupa huruf timbul dan huruf dengan cara memahat. Kondisi prasasti telah mengalami kerusakan, antara lain hilang, kotor, ditumbuhi lumut, patah, aus, retak, dan disemprot cat. Nama-nama yang dimakamkan, yaitu 25 berbahasa Belanda, 10 berbahasa Jepang, dan 3 berbahasa Indonesia. Makam yang berbahasa Indonesia dilihat dari namanya berasal dari Indonesia Timur. Berdasarkan angka tahun yang terdapat pada nisan diketahui bahwa makam yang tertua berangka tahun 1800 dan yang termuda berangka tahun 1954. Makam-makam yang berangka tahun lebih tua lokasinya berada di sebelah timur laut. Semakin ke barat, maka makamnya semakin muda. Pada sebuah makam ditemukan adanya dua angka tahun meninggalnya dalam satu makam, yaitu pada makam no. 13 yang berangka tahun meninggalnya (overleden), yaitu 7 Oct. 1800 dan 2 Januari 1902 dengan nama Freetje en Sjarl Bernasco (Lihat Tabel No. 1)

Penutup
Kota Pangkalpinang mempunyai sejarah yang cukup panjang. Hal tersebut dibuktikan oleh peninggalan-peninggalan sejarahnya yang masih dapat kita saksikan sampai sekarang. Bukti-bukti sejarah akan mendukung identitas Kota Pangkalpinang di masa yang akan datang. Sebaliknya kehilangan bukti-bukti sejarah akan mengurangi identitasnya. Sejarah Kota Pangkalpinang tergambarkan dengan jelas antara lain pada sebuah tempat yang bernama Makam Belanda yang dikenal pula oleh masyarakat sebagai Kerkof atau Pendem Belanda. Pada Makam Belanda ini dapat dijumpai beberapa hal yang dapat ditelusuri, yaitu mengenai nama, tanggal lahir dan meninggal, serta asal orang yang dimakamkan. Makam-makam tersebut diletakkan secara teratur dengan suatu barisan. Tampaknya barisan makam di sebelah timur laut berangka tahun lebih tua atau dengan kata lain semakin ke selatan maka makam-makam tersebut berangka tahun lebih muda. Hal itu menandakan bahwa awal pemakaman jenazah di mulai di sebelah timur laut kemudian berkembang ke selatan.

Makam-makam sekarang kondisinya sebagian besar telah mengalami kerusakan. Makam yang masih dalam kondisi baik berjumlah 21 buah (20 %). Makam yang dikategorikan mengalami kerusakan ringan berjumlah 50 buah (49 %) dan kerusakan parah berjumlah 28 buah atau 27 %. Makam yang telah dibongkar berjumlah 2 buah. Pembongkaran makam dilakukan pada bulan Oktober 2004 atas permintaan ahli warisnya untuk dimakamkan kembali di Jakarta. Selain itu terdapat satu buah prasasti yang tidak diketahui asal lokasinya. Agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah, maka perlu dilakukan perbaikan dan pemeliharaan serta perlu dilakukan penataan lingkungannya.


DAFTAR PUSTAKA

Aryandini Novita, dkk.
1998 Laporan Penelitian Arkeologi Survei Tinggalan Arkeologi Kolonial di Pulau Bangka, Balai Arkeologi Palembang

Anonim
Booklet Welcome to Pangkalpinang, Kota Pangkal Kemenangan, Pemerintah Kota Pangkalpinang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Junus Satrio Atmodjo, Drs., dkk.,
1996 Laporan Pendokumentasian dan Survei Situs dan Benda Cagar Budaya di Kabupaten Bangka, Provinsi Sumatera Selatan, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu,

Sri Patmiarsi R., Dra.,
1996 Laporan Pendokumentasian dan Survei Situs dan Benda Cagar Budaya di Kabupaten Bangka, Provinsi Sumatera Selatan, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu,



DAFTAR PRASASTI BERBAHASA BELANDA
DI KERKHOF KOTA PANGKALPINANG


Hier Rust E.K.A Coldenhoff Overleden 11 Nov. Oud 39 Jaren


Hier Rust Onze Jongste Heveling Henk Runschotel Geb. Pangkalpinang 22 - 8 - 20 Overl. 28 - 6 - 21


Hier Rust In Vrede Mev. V. Scholtz Geb. E. Rossmann Overl. 19 - 4 - 1914


Hier Rust Cornelia Suzanna Pijloo Geb. 29 Juli 1915 Overl. 26 November 1915 Jong Gestorven Vroeg Bij God


Franscarel Upielsna Geboren 6.4.11 Overleden 3.5.11


Rust Zacht Mijn Lieve Shaapjes Freetje en Sjarl Bernasco Overl. 7 Oct. 1800 Overl. 2 Jan.1902


Hier Rust Mijn Geliefde Echtgenoot P.W Lensink Oud 44 Jaar Overl. 8 Nov. 1918 …….. is Niet Dood ……. s Slechts Verre …….. is Hij, ……. eten Is


Hier Rust F. Jans Overleden 2 Nov. 1918 Oud 40 Jaren


Hier Rust Mevrouw Selphisma Amanupinnjo Geb. Siamela Oud 40 Jaar Geb. 19 Nov. 1881 Overl. 22 Juni 1922


Hier Rust Herminne, Antoniette, Carolina, Eikema Geboren 6 Mei 1893 Overleden 25 Januari 1907


Hier Rust Lia Gherh Gebr. 9 - 5 - 1886 Overl. 15 Febr. 1951


Hier Rust Vrouwe Irene Mathilde Ehrencron Gelieide Echtgenoote van L.I.H.R Scipio Blume Geb. 28 Januari 1883 Overl. 10 Maret 1928 Rust Zacht Lieve Doode


Liefde Over Wint Acces J.J.A Brower Gebr. Juli 1898 Overl. 3 Maart 1923 Mijnbouwkundig Opzichfer Rust Zacht Lieve Joop


Hier Ruht In Gott Agnes Elisbeth Kliem Geb. Patt Geboren 20 - 1 - 1895 Zu Gelsenkirchen Gesturben 8 - 10 - 1935 Zu Pangkalpinang Ruhe In Vrieden


Hier Rust Mevrouw De Bie Overleden 18 Mei 1929 R.I.P


Mietske Homiee Fischer Geboren 3 Juni 1927 Overleden 5 Juli 1928 Rust Zacht Kleine Lieveling


LIEF AARTJE GEB. OVERL. 10 MAART 1941 J. DE KONING


HIER RUST Onze Geliefde Echtgenoot en Vader JAMES PERD. NELWAN Geb. Te Airmadidi 30.3.1898 Overl. Te P.Pinang 3.1.1941 Rest In Vrede


HIER RUST MIJN LIEVE VROUW EMMY BRONSDIJK BLUMENTHAL Geb. 29 Mei 1921 Te Batavia Overl. 24 October 1946 Te Soengailiat


HIE…….MIJN LIEVE ZORGZAME VROUW MARIANNE VOGEL QUEYSEN geb. 12 - 11 - 1911 overl. 18 - 1 - 1951


HIER RUST MIJN GELIEFDE MAN EN VADER MARINUS FRANSISCUS PAANS Geb. 28 Mei 1906 Te Werkendam Overl. 2 Sept. 1954 Pangkalpinang Rust Zacht Lieve Paps


HIER RUST MIJN OUVERGETELIJKE MAN ONZE LIEVE ZORGZAME PAPPIE BERT KUYT Geb. 3 Juli 1913 Overl. 22 Sept. 1950
LABORES VITAE AEQUO ANIMO TULISSE HOMINIBUS HONOR


L.V.D VLIES Geb. 7 - 8 - 97 Overleden 9 - 5 - 43


………RIENETTE MARIA ANNA LEIJERINCK GEBOREN 2 DECEMBER 1894 OVERLEDEN 28 JULI 1895
Share:

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Selamat sore pak, saya sangat tertarik dengan artikel bapak. Apakah saya bisa berdiskusi dengan bapak lebih lanjut mengenai situs - situs cagar budaya di kota Pangkalpinang pak? Terima kasih sebelumnya

Profile

Foto saya
AGUS SUDARYADI, arkeolog yang bekerja di Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Wilayah Kerja Prop. Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Kep. Bangka-Belitung yang sering melakukan Jelajah Situs dalam rangka Pelestarian Cagar Budaya. Menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Situs adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Pekerjaan tersebut memberikan saya kesempatan untuk menjelajahi pelosok negeri di Propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka-Belitung. Pelosok karena lokasi yang kami datangi kebanyakan berada di luar kota, bahkan sampai masuk hutan. Maklum Cagar Budaya atau Diduga Cagar Budaya yang saya tuju sekarang berada di daerah yang jauh dari kota. Kegiatan yang memerlukan stamina dan mental yang kuat adalah dalam rangka pelestarian Cagar Budaya Bawah Air. Saya telah mengikuti pelatihan Arkeologi Bawah Air di dalam dan luar negeri, antara lain Makassar Sulsel, Pulau Bintan Kepri, Tulamben Bali, dan Karimunjawa Jateng serta Thailand dan Sri lanka.

Popular Posts

Recent Posts

Pages